SINTAKSIS
SINTAKSIS
A.
PENGERTIAN SINTAKSIS
Sintaksis
membicarakan berbagai seluk-beluk frase dan kalimat Sintaksis merupakan bagian
dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa.Kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang bearti dengan dan kata tattein yang
bearti menempatkan jadi secara
etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat.Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan
sintaksis.Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola
yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi
kalimat.Sintaksis juga merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang
hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas.
Istilah
sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase Dari beberapa
pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan
bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji tentang
kata,frasa,klausa,kalimat,wacana.
-
KATA
Dalam tataran morfologi kata merupakan
satuan terbesar , tetapi dalam tataran sintaksis,kata merupakan satuan
sintaksis yang lebih besar yaitu frasa.tataran bahasa menurut ABDUL CHAER dalam
buku “Tata bahasa praktis bahasa indonesia” .
1. Kata benda
2. Kata ganti
3. Kata kerja
4. Kata sifat
5. Kata sapaan
6. Kata petunjuk
7. Kata bilangan
8. Kata penyangkal
9. Kata depan
10. Kata penghubung
11. Kata keterangan
12. Kata tanya
13. Kata seru
14. Kata saandang
15. Kata partikel
-
FRASA
Frasa adalah suatu kelompok kata
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak
melampui batas subjek dan batas predikat.Frase terdiri dari dua kata atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan dan dalam pembentukan ini tidak terdapat
ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas subjek dan batas predikat.Frase
adalah suatu komponen yang berstruktur, yang dapat membentuk klausa dan
kalimat.
Frase adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau satu konstruksi
ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih. Frase terbentuk dari
rangkaian kelas kata yang satu dengan yang lain, baik pada posisi pertama
maupun ke dua. Rangkaian kelas kata yang membentuk frase itu mempunyai hubungan
atributif, predikatif, dan posesif
Dari beberapa pernyataan yang telah
dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa merupakan gabungan atau
rangkaian kata yang tidak mempunyai batas subjek dan predikat, yang biasanya
rangkaian kata tersebut mempunyai satu makna yang tidak bisa dipisahkan.
-
KLAUSA
Klausa adalah satuan gramatikal yang
setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat.Klausa berpotensi menjadi
kalimat.Klausa dapat dibedakan berdasarkan distribusi satuannya dan berdasarkan
fungsinya.Pada umumnya klausa, baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi
kalimat.Kalimat inti terdiri atas klausa tunggal, sedangkan kalimat majemuk
terdiri atas lebih dari satu klausa. Oleh karena itu, kalimat majemuk
terdiri atas klausa-klausa yang saling berhubungan.
Klausa ialah unsur kalimat, karena
sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa. Unsur inti klausa adalah
S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat
luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa
runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya, di dalam konstruksi itu
ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang
lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan sebagai keterangan.fungsi yang
bersifat wajib pada konstruksi ini adalah subjek dan predikat sedangkan yang
lain tidak wajib.
Sehigga dapat ditarik kesimpulan bahwa
klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya dua fungsi sintaksis,
yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak wajib. Penanda klausa
adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul misalnya dalam
kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi. Klausa juga
berpotensi menjadi kalimat tunggal karena didalamnya terdapat unsur sintaksis
yakni subjek dan predikat.
-
KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang
utuh.Kalimat adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara
menjadi ciri sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri
dengan intonasi final .Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas
komponen kata-kata, frase, atau klausa.
Jika dilihat dari fungsinya,
unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.Menurut
bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat majemuk.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi
final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
-
WACANA
Wacana adalah satuan terlengkap dalam
hierarki gramatikal,merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa tertinggi
dan terbesar.wacana menunjukkan pada hubungan konteks sosial dalam pemakaian
bahasa. Jenis-jenis wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi :
1. Wacana
argumentasi
2. Wacana
eksposisi
3. Wacana persuasi
4. Wacana
deskripsi
5. Wacana narasi
B.
FUNGSI KAJIAN SINTAKSIS
Fungsi kajian sintaksis terdiri dari
beberapa komponen.Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.Memperjelas
tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap, serta
keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut.
1)
Subjek dan
Predikat
a)
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek
dapat dicari dengan
pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’.
Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat
dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa,
berapa, di mana, dan lain-lain’.
b)
Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina.
Sedangkan predikat bisa
berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau
pun preposisi.
c)
Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat
diberi partikel -kah. Predikat dapat diberi partikel kah.
Contoh dari
kalimat yang memiliki subjek dan predikat adalah, ‘Adik sedang makan’. ‘Adik’
menduduki
fungsi subjek, sedangkan ’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.
‘Adiksedang
makan.’
S P
2)
Objek dan
Pelengkap
a)
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina,
sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia,
preposisi, dan pengganti nomina.
b)
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif
(memerlukan objek) atau semi
transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa
verba intransitif (tidak memerlukan objek).
c)
Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak
dapat diubah menjadi subjek.
3)
Keterangan.
a)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek,
predikat, objek atau pelengkap.
b)
Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
c)
Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara
predikat dan objek atau predikat dan pelengkap
Contoh kalimat yang memiliki keterangan adalah
‘Kemarin, Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’.‘Kemarin’ dan ‘di pasar
induk’ merupakan keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki fungsi subjek.Kata
‘membeli’ merupakan predikat dan ‘buah-buahan’ adalah fungsi objek.
‘Kemarin ,Pak Anwarmembelibuah-buahandi pasar
induk’.
Ket
S P O Ket
C.
ASPEK ASPEK SINTAKSIS
Aspek-aspek yang dikaji dalam sintaksis
meliputi frasa, klausa, dan kalimat.Dibawah ini merupakan uraian dari ketiga
aspek tersebut.
-
FRASA
Frasa dapat
dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan perluasannya tidak menimbulkan
jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas fungsi semula. Jika
perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau membentuk pola
subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Frasa
dapat dibagi atas empat jenis, sebagai berikut.
1)
Frasa
eksosentris
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan
distribusi dengan unsurnya. Atau dapat diartikan frase yang
komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhan. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris
adalah frasa yang tidak mempunyai UP.Contoh:Sejumlah orang di gardu.
Frase Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
1)
Frase
Eksosentrik yang Direktif
Komponen pertamanya berupa preposisi,
seperti “di, ke dan dari” dan komponen
berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
2)
Frase
Eksosentrik yang Nondirektif
Komponen pertamanya berupa artikulus,
seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan komponen keduanya berupa
kata berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh: si
kaya, para remaja kampung
Diana Nababan (2008: 84) dalam bukunya Intisari Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa jenis frasa
Ekosentris
dapat dibedakan menjadi :
a)
Frasa ferbal
adalah frasa yang intinya berupa kata kerja.
Contoh
: Menangis keras
Sedang
melamun
Dapat
berjalan
b)
Frasa adjektiva
adalah frasa yang intinya berupa kata sifat.
Contoh
: Kasar sekali
Amat lembut
Sangat merdu
c)
Frasa nominal
adalah frasa yang intinya berupa kata benda.
Contoh:
Lapangan besar
Rumah besar
Sang pemimpin
d)
Frasa
pronominal adalah frasa yang intinya berupa kata ganti.
Contoh
: Kalian semua
Kamu dan dia
e)
Frasa adverbial
adalah frasa yang intinya berupa kata keterangan.
Contoh : Lebih kurang
f)
Frasa numerial adalah
frasa yang intinya berupa kata bilangan.
Contoh
: Tujuh dan delapan
Empat belas
g)
Frasa
interogativa adalah frasa yang intinya berupa kata tanya.
Contoh : Apa dan siapa
2)
Frasa
endosentris
Frasa
endosentris adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya dapat menggantikan kedudukan
frasa itu secara keseluruhan.
Contoh : Mereka menempati rumah baru.
Frasa rumah baru
mempunyai inti. Mencari inti frasa dapat diuji dengan membuat
kalimat.
Jenis frasa endosentris:
a)
Frasa
Endosentris Koordinatif
Masing-masing
unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak saling menerangkan unsur yang
lain. Sifat kesetaraan itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata
penghubung dan atau.
Contoh : Anak
itu sudah tidak mempunyai ibu bapak.
(ibu dan bapak)
b)
Frasa
Endosentris Apositif
Frasa yang berhubungan antara
unsur-unsurnya dapat saling menggantikan.
Contoh :
Aminah, Anak Pak Lurah sangat cantik.
Frasa anak Pak
Lurah adalah unsur keterangan tambahan untuk menerangkan aminah.
c)
Frasa
Endosentris Atributif
Frasa yang salah satu unsurnya
dapat menggantikan frasa itu secara keseluruhan.Frasa
ini
memiliki unsur
pusat dan unsur atribut. Inti frasa ditandai dengan D (diterangkan) dan unsur atribut
ditandai dengan
M (menerangkan)
Contoh: Rumahnya sangatbesar
M D
Kata sangat adalah atribut atau penjelas untuk kata besar.
Contoh :Anaknakal sangatmarah
M
D M D
3)
Frasa ambigu
Frasa ambigu
adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak jelas.
Contoh : Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
Frasa lukisan ayah mempunyai makna:
1. Lukisan milik Ayah
2. Lukisan mengenai diri Ayah
3. Lukisan buatan Ayah
4)
Frasa idiomatic
Frasa idiomatic adalah frasa yang
mempunyai makna sampingan atau bukan makna sebenarnya.
Contoh : orang tua itu sudah banyak makan
garam kehidupan.
Ø Klausa
Klausa merupakan bagian dari kalimat.Klausa memiliki unsur subjek dan
predikat, tetapi tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada.
·
Klasifikasi Klausa
Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga
dasar itu adalah:
a.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
b.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
yang menegatifkan P.
c.
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang
menduduki fungsi P.
d.
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam
kalimat.
e. Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat.
Berikut
hasil klasifikasinya:
1)
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir
tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa
yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu
hadir.
Atas dasar itu,
maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut
klasifikasinya:\
a)
Klausa Lengkap
Klausa lengkap
ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi
berdasarkan urutan S dan P menjadi :
a.
Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh :
Kondisinya masih kritis.
Gedung itu sangat tinggi.
Sekolah itu masih rusak.
b.
Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh :
Masih kritis kondisinya.
Sangat tinggi gedung itu.
Masih rusak sekolah itu.
b)
Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya
hadir.Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan
unsur inti yang lain dihilangkan.
2)
Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
a)
Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang
ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Bambang seorang pesepak bola tersohor.
Anak itu mengerjakan PR.
Mereka pergi ke toko.
b)
Klausa Negatif
Klausa negatif
ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh :
Bambang bukan seorang pesepak bola tersohor.
Anak itu belum mengerjakan PR.
Mereka tidak pergi ke toko.
Kata negasi yang terletak di depan P
secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan
P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan
secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil
pisau, kata negasi itu secara semantik bisa menegatifkan P dan bisa
menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu apapun’,
maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak
mengambil pisau, melainkan sendok.
3)
Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat
diklasifikasikan menjadi :
a)
Klausa Nomina
Klausa nomina
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung itu.
Bapak itu dosen linguistik.
b)
Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa
yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
Klausa verba
dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
1.
Klausa Transitif
Adalah klausa yang predikatnya berupa
verba transitif.
Contoh: Adik menulis surat.
2.
Klausa
Adalah klausa
yang predikatnya berupa verba intransitif.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
3 Klausa
Refleksif
Adalah klausa
yang predikatnya berupa verba refleksif.
Contoh: Kakak sedang berdandan.
4
Klausa Resiprokal
Adalah klausa
yang predikatnya berupa verba resiprokal.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c)
Klausa Adjektiva
Klausa
adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva.
Contoh :
Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
Ibu guru sangat baik.
d)
Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori numeralia.
Contoh :
Anaknya empat orang.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.
e)
Klausa Preposisiona
Klausa
preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Surabaya.
f)
Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
Hakim
memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah
diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
4)
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
a)
Klausa Bebas
Klausa bebas
ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk
menjadi kalimat mayor.Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai
subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut.Klausa bebas
adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar.
Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih
besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
Anak
itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
b)
Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi
kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya
tidak lengkap.Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam,
judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram.
Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari
orang tuanya.
5)
Klasifikasi
klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat,
klausa dapat dibedakan antara klausa atasan dan klausa bawahan
a)
Klausa Atasan
Klausa atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat.
Contoh :Irwan datang ketika kami sedang
menonton film.
Klausa Atasan
b)
Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang belum lengkap
isinya.Klausa ini tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh :Irwan datang ketika kami
sedang menonton film.
Klausa Bawahan
Ø Analisis Klausa
Klasifikasi klausa dapat dianalisis berdasarkan tiga
dasar, yaitu berdasarkan fungsi unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau
frase yang menjadi unsurnya, dan berdasarkan makna unsur-unsurnya.
1. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-Unsurnya
Klausa terdiri
dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket.Kelima
unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu
klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang
terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja.Unsur
fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
a.
S dan P
Contoh :
Buditidak
berlari-lari ≈ Tidak berlari-lariBudi
S P P S
Badannyasangat lemah ≈ Sangat lemahbadannya
S P P S
b.
dan Pelengkap
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai
golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri ari
golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif,
diperlukan adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :
Kepala Sekolahakan
menyelenggarakanpentas seni.
S P O
Pentas seniakan dislenggarakankepala
sekolah
S P O
C. Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan
menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang
dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang bebas, artinya dapat
terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di
belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P
dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung
dibelakang P.
Contoh :
Akibat banjirdesa-desa ituhancur
Ket S P
Desa-desa ituhancurakibat banjir
S P O
2. Analisis
Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi
unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional.Analisis ini tidak
terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis
fungsional.
3.
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-Unsurnya
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi
unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah
dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD,
fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket
terdiri dari Ket, FD, N.
Ø KALIMAT
Kalimat adalah
satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang
menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
1.
RAGAM KALIMAT
Berdasarkan jenisnya, kalimat dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
1)
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu
subjek dan satu predikat serta mengandung satu maksud.
Contoh :
Kokopergike
pasar
S P Ket
Tonimenanambiji jarakdi kebun
S
P O Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat
tunggal terbagi atas:
a)
Kalimat nominal adalah
kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Ayahnya seorang pelukis.
b)
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :Ani suka makan bakso.
Rino belajar
aritmetiak.
c)
Kalimat adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa
adjektiva atau kata sifat.
Contoh : Soal
ini sulit sekali.
Tekatnya sangat kukuh.
2)
Kalimat Majemuk
kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas:
Kalimat majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk tersusun dari beberapa:
a)
Kalimat majemuk setara/koordinatif.
Kalimat majemuk setara adalahkalimat yang pola-pola kalimatnya memiliki
kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat majemuk
setara terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:
b)
Kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata hubung dan, lalu, kemudian, dan sebagainya.
Contoh:
Pak Heru
membacakan soal dan siswa
mendengarkan dengan saksama.
c)
Kalimat majemuk pemilihan, ditandai oleh kata hubungatau.
Contoh : Kamu
maupesan soto ayam atau soto sapi.
d)
Kalimat majemuk pertentangan, ditandai oleh kata hubung tetapi dan melainkan.
Contoh :Ayah
sering menasihatinya, tetapi dia
tetap tidak mau berubah.
3)
Kalimat Majemuk
Bertingkat/ Subkoordinatif.
Kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah
satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut dengan induk
kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih rendah kedudukannya disebut anak
kalimat.
Fungsi itu sekaligus menunjukan relasi antara induk
kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat terbagi menjadi:
a)
Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai oleh kata hubung setelah, sewaktu, sejak, mankala, ketika, dan sebagainya.
Contoh :Ia menjadi sebatang kara`
sejak ayah dan ibunya meninggal.
b)
Kalimat majemuk hubungan syarat, ditandai oleh konjungsi jika, seandainya, andaikan, asalkan,
apabila.
Contoh :Kamu boleh membeli sepeda
asalkan nilai rapormu bagus.
c)
Kalimat majemuk hubungan tujuan ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan biar.
Contoh :Minumlah obat itu agar kamu cepat sembuh.
d)
Kalimat majemuk hubungan konsesif, ditandai oleh
konjungsi walaupun, meskipun, sekalipun,
biarpun, kendatipun dan sungguhpun.
Contoh: Dia tetap teguh pada
pendiriannya walaupun setiap orang
menantangnya.
e)
Kalimat majemuk hubungan perbandingan, ditandai oleh kata
penghubung daripada, ibarat, seperti,
bagaikan, laksana, sebagaimana.
Contoh: Daripada kamu duduk-duduk
saja, lebih baik kamu bantu ibumu
merapikan taman.
f)
Kalimat majemuk hubungan penyebaban, ditandai oleh kata
penghubung sebab, karena, oleh karena.
Contoh :Saya tidak jadi berangkat ke
Medan karena ada pekerjaan yang harus
segera diselesaikan di sini.
g)
Kata majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata
penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh :kamu terlalu asyik menonton film sehingga lupa sholat.
h)
Kata majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung
dengan.
Contoh: Gelandangan itu tidur di emperan toko dengan beralaskan koran.
i)
Kata majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah-olah, seakan-akan.
Contoh: Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui persoalan
yang terjadi.
j)
Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh
konjungsi padahal, sedangkan.
Contoh: Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.
k)
Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.
Contoh :Kamu susah sekali makan,
makanya lambungmu sering sakit.
l)
Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata
penghubung bahwa, yaitu.
Contoh :Kamu harus tahu bahwa kamu adalah putera Pak Sanjaya.
m)
Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi
yang.
Contoh : Pemuda
yang berdiri di dekat pohon itu, kekasih Andria.
4)
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan
antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh :
Artis cantik itu hanya bisa diam lalu
pergi begitu saja ketika beberapa wartawan menanyainya.
5)
Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain.
Contoh :Ibu
berkata “Saya tidak senang melihat rambut
gondrong”.
6)
Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung
adalah kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Contoh: Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang
melihat rambut gondrong.
7)
Kalimat Aktif
Kalimat aktif
adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif adalah
predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh :
Ibu sedang
membuat martabak telur.
Andika senang makan kerang.
Medi tinggal di jalan Solontongan.
Berdasarkan
hubungan antara predikat dan objeknya, kalimat aktif terbagi menjadi:
a.
Kalimat aktif transitif, adalah kalimat aktif yang
predikatnya mutlak membutuhakan objek.
Contoh :Andre memperkenalkanHendra
kepada teman-temannya.
P O .
b.
Kalimat aktif semitransitif, adalah kalimat aktif yang
predikatnya memerlukan pelengkap.
Contoh: Negara
Indonesia berlandaskanhukum.
P Pel
c.
Kalimat aktif dwitransitif, adalah kalimat aktif yang
predikatnya membutuhkan objek dan pelengkap.
Contoh :Petugas itu memperbolehkansayamerokok di ruangan ini
P O Pel
8)
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang
subjeknya dikenai pekerjaan.
Ciri-ciri kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
a.
Predikatnya berisi kata kerja berawalan di-, ter-, dan
kofiks ke-an.
Contoh :Ina kehujanan tadi malam.
b.
Bentuk diri atau persona ku-, kau-.
Contoh :Coba kau lihat bunga ini.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi
kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut:
a.
Tukarkan pengisi subjek (S), dengan pengisi objek (O).
b.
Ganti awalan me- dengan di- pada predikat.
c.
Tambahkan kata oleh di belakang predikat (manasuka).
Contoh:
PemerintahmencanangkanProgam
Indonesia Sehat 2010. (Aktif)
S P O
Progam
Indonesia Sehat 2010dicanangkan (oleh) pemerintah.
(Pasif)
O P S
Jika subjek pada kalimat aktif berupa kata ganti aku, saya, kami, kita, engkau, kamu, anda,
dia, beliau,
atau mereka. Berlaku kaidah berikut:
A. Ubah pola
SPO menjadi OSP.
B. Hapus awalan
meN- dari P
C. Rapatkan S
dan P tanpa kata pemisah apapun. Jika semula mula predikatnya mengandung
kata bantu
seperti akan, dapat, atau kata ingkar
tidak, letakan kata-kata tersebut sebelum S.
D. Gantikan aku
dengan ku- dan engkau dengan kau (manasuka).
Contoh: Merekasedang menyelesaikantugas yang sangat mulia.
S P O
(aktif)
Tugas yang sangat mulia sedang mereka
selesaikan. (Pasif)
9)
Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat
sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur pusat, dapat berupa S-P, S-P-O atau
S-P-O-K.
Contoh :
Saya mengantuk.
Presiden
berkunjung ke Australia.
Saya meminjam
novel dari perpustakaan.
10) Kalimat Minor
Kalimat Minor adalah kalimat yang
mengandung satu unsure pusat.Unsur pusat
tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh :Pergi!
Tidur!
Minggu depan.
Berdasarkan
fungsi dan tujuannya, ragam kalimat dibedakan atas:
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan
suatu kejadian atau suatu keadaan.Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri
dengan tanda titik (.), sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir
kalimat.
Contoh: Harga BBM
akandinaikkan mulai bulan Mei 2008.
2. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan perintah
atau seruan untuk melakukan sesuatu.Kalimat berita dalam bentuk tulisan
diakhiri tanda seru (!) atau titik (.).
Ciri-ciri
kalimat perintah:
a.
Predikatnya menggunakan partikel –lah.
b. Dapat
menggunakan kata tolong, coba, atau silakan untuk memperhalus kalimat.
c.
Kalimat perintah larangan sering didahului oleh kata jangan.
Contoh : Jangan bermain di sini!
Tulislaah namamu di kertas ini!
Tolong ambilkan kertas itu!
3.
Kalimat Tanya
Kalimat Tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan
seseorang kepada orang lain.
Cara membuat kalimat tanya:
A.
Membalikkan urutan kata lalu ditambah partikel –kah.
Contoh :
Kakak membeli
mobil baru.
Menjadi :
Membeli mobil barukah kakak?
B.
Menggunakan kata tanyaapa,
siapa, beberapa, kapan, mengapa, bagaimana, di mana, dan sebagainya.
Contoh :Kapan kamu
datang?
Bagaimana cara
menanam jagung?
C.
Menambahkan partikel
–kah pada kata tanya.
Contoh :Dimanakah
dia berada?
Siapakan
pemenang pertandingan sepak bola kemarin?
D.
Menggunakan kata
bukan atau tidak.
Contoh :Sepatu ini
milikmu, bukan?
Kamu ini serius
tidak?
E.
Mengubah intonasi kalimat.
Contoh :Rino
sedang tidur.
Menjadi : Rino
sedang tidur?
4.
Kalimat Seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan.
Contoh :Wah, luar biasa pertandingan itu.
5.
Kalimat Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kepada subjek.
Contoh :Kami lah
yang terlambat datang.
Ø WACANA
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal ,
merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar .
Jenis-jenis wacana ditinjau dari tujuan
berkomunikasi :
1. Wacana
argumentasi
Karangan
argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha pengaruhi pembaca
atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan,baik yang didasarkan
pada pertimbangan logis dan emosional
2. Wacan eksposisi
Karangan atau
waccana eksposisi yang bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima
(pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya.Eksposisi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau
pengetahuan pembaca.
3. Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya.untuk mempengaruhi
pembacanya ,biasanya digunakan segala daya dan upaya yang membuat mitra tutur
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut ,wacana persuasi kadang menggunakan
alasan yang tidak rasiona.persuasi sesungguhnya merupakan pernyimpangan dari
argumentasi,dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca.
persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek – aspek
psikologis untuk mempengaruhi orang lain.Jenis wacana persuasi yang paling
sering ditemui adalah kampanye dan iklan
Contoh wacana iklan sebagai berikut.
“Pakai daia,lupakan yang
lain.Dengan harga yang semurah ini,membersihkan tumpukan pakaian kotor
anda,menjadi bersih cemerlang”.
4.
Wacana deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya dapat
dilihat,dibayangkan oleh pembaca ,seakan – akan pembaca dapat melihat
sendiri.Deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang
– barang atau objeknya.objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bias
ditangkap dengan panca indra kita ,contohnya, sebuah hamparan sawah yang hijau
dan pemandangan yang indah ,jalan – jalan kota ,tikus – tikus selokan ,wajah
seorang yang cantik molek atau seorang yang bersedih hati ,alunan music dan
sebagainya.
5.
Wacana narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.pada wacana
narasi terdapat unsure – unsure cerita yang penting ,seperti
waktu,pelaku,peristiwa.Adanya aspek emosi yang yang dirasakan oleh pembaca dan
penerima .Melalui narasi,pembaca atau penerima pesan dapat membentuk citra atau
imajinasi.
Contoh:
Sewaktu aku duduk diruang pengadilan yang penuh sesak itu menunggu perkara
ku disidangkan,dalam hatiku bertanya – Tanya berapa banyak orang – orang hari
ini disini yang merasa,seperti apa yang kurasakan bingung,patah hati,dan
sangat kesepian .Aku merasa seolah – olah aku memikul beban berat seluruh dunia
di pundakku.
Komentar
Posting Komentar