FRASA

KATA PENGANTAR
      Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
      Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan, 29 April 2017

Tim Penyusun






 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I Pendahuluan
Latar belakang 1
Rumusan masalah 1
Tujuan 2
BAB II Pembahasan
Pengertian sintaksis 3
Pengertian  frase 4
Jenis-jenis Frase 5
Kata Majemuk 9
Perluasan Frase 11
BAB III Penutup
Kesimpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15 





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
     Sintaksis selama ini dipahami sebagai salah satu tataran (level) dalam gramatika (tata bahasa) yang mempersoalkan hubungan antara kata dengan satuan-satuan yang lebih besar, yang membentuk konstruksi yang disebut kalimat. Dengan demikian sintaksis dapat dideskripsikan atas konstruksi satuan-satuannya. Atau dengan kata lain, satuan sintaksis itu disusun oleh satuan-satuan yang lebih kecil. Sintaksis bahasa Indonesia sebenarnya telah banyak dibicarakan orang sebagai bagian dari ilmu tata bahasa. Pembicaraan atau pembahasan mengenai sintaksis itu pada umumnya dilakukan secara analitis dari satuan bahasa yang terbesar sampai yang terkecil. Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah kata, frase, klausa, kalimat, dan yang terakhir yaitu wacana.
Sifat sintaksis yang integratif, membuat dalam pembahasannya, kata tidak terlepas dari frasa, pembahasan frasa tidak terlepas dari pembahasan klausa. Pembahasan klausa tidak terlepas dari pembahasan kalimat. Pembahasan kalimat tidak terlepas dari konteks kalimat dan pembahasan konteks kalimat yang tidak terlepas dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Kajian sintaksis atas bahasa sebagai alat komunikasi setingkat lebih tinggi dari kajian morfologi dan fonologi. Tujuan dari pengembangan bidang keilmuan sintaksis diantaranya berkepentingan untuk menemukan aturan umum dalam sebuah bahasa.
Dalam penerapan di kehidupan sehari-hari bahasa merupakan bagian penting atau dapat dikatakan sebagai penunjang aktivitas kita dalam berkomunikasi dengan orang lain di sekeliling kita. Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis yang merupakan bagian dari ilmu linguistik yang juga mempelaji bahasa. Ktidakpahaman inilah yang membuat kita tidak sadar bahwa penggunaannya begitu dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia yang berikhtisar tentang kalimat bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi.

Rumusan Masalah
Bagaimana pengertian sintaksis?
Bagaimana pengertian frase?
Bagaimana jenis-jenis frase?
Bagaimana kata majemuk?
Bagaimana perluasan frase?

Tujuan
Untuk menjelaskan sekaligus memberikan pemahaman mengenai gambaran umum serta definisi sintaksis, mendeskripsikan serta memberikan pemaparan mengenai frase mulai dari pengertian, jenis-jenis, kata majemuk di dalamnya dan perluasan frase yang mungkin terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Sintaksis
Ramlan (2005: 19) mengemukakan istilah sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda, syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syintax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.
Menurut Kridalaksana (1985: 6), sintaksis adalah subsistem tata bahasa mencakup kata dan satuan-satuan lebih besar dari kata serta hubungan antar satuan itu. Menurut Chaer (2009: 3), sintaksis adalah subsistem kebahasaan yang membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana.
Adapun menurut Ahmad (2002: 1), sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat. Senada dengan Ahmad, Syamsudin (2007: 364) mengungkapkan bahwa sintaksis atau disebut juga ilmu tata kalimat. Pengertian sintaksis yang dikemukakan para ahli bahasa tersebut menunjukkan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang bidang kajiannya meliputi satuan lingual berwujud kata, klausa, kalimat, hingga wacana.
Sebagai contoh, kalimat Hari raya sudah berada di depan mata tersusun atas beberapa unsur yang saling berhubungan. Misal kata hari dan raya membentuk konstruksi hari raya, kata sudah dan berad, kata di, depan dan mata membentuk konstruksi di depan mata. Hubungan antarkata yang demikian ini disebut frasa. Selanjutnya, masing-masing frasa tersebut saling berhubungan dengan frasa lain dalam satuan yang lebih luas. Misalnya frasa idul fitri berhubungan dengan frasa sudah berada, yang berarti idul fitri merupakan pokok atau entitas yang keadaannya dijelaskan oleh frasa sudah berada. Selanjutnya, frasa di depan mata berhubungan juga dengan kedua frasa sebelumnya, yakni memberi tambahan makna tempat pada kedua frasa tersebut. Hubungan antarfrasa ini membentuk satuan yang disebut klausa. Karena diakhiri oleh titik (.), klausa ini juga merupakan kalimat.

Pengertian Frase
Kalimat Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan terdiri dari satu klausa, yaitu dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan. Selanjutnya, klausa itu terdiri dari empat unsur yang lebih rendah tatarannya, yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, buku baru dan di perpustakaan. Unsur-unsur itu ada yang terdiri dari dua kata, yakni sedang membaca, buku baru dan di perpustakaan dan ada yang terdiri dari tiga kata, yaitu dua orang mahasiswa. Di samping itu, masing-masing unsur menduduki satu fungsi. Dua orang mahasiswa menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, buku baru menempati fungsi O dan di perpustakaan menempati fungsi KET. Demikianlah unsur klausa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik yang disebut frase. Jadi frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
Dari batasan diatas, dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu :
Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL atau KET.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut :
I
II
III

Mahasiswa menghadiri seminar
Mahasiswa STKIP akan menghadiri seminar nasional
Beberapa mahasiswa STKIP mungkin akan menghadiri seminar nasional bahasa Indonesia

Satuan yang membentuk kalimat pada kolom I berbentuk kata, yaitu mahasiswa, menghadiri, dan seminar. Mahasiswa berfungsi sebagai S dengan perannya sebagai pelaku, menghadiri berfungsi sebagai P dengan perannya sebagai perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, sedangkan seminar, berfungsi sebagai O dengan perannya sebagai sasaran dari perbuatan menghadiri. Perhatikan tabel berikut :
Mahasiswa
Menghadiri
Seminar

Pelaku
Perbuatan
Ssasaran

Subjek
Predikat
objek

Pada kolom II, masing-masing kata tersebut diperluas. Kata mahasiswa diperluas menjadi mahasiswa STKIP. Kata menghadiri diperluas menjadi akan menghadiri, kata seminar diperluas menjadi seminar nasional. Perluasan kata ini membentuk konstruksi frasa. Kata mahasiswa, menghadiri, dan seminar berfungsi sebagai unsur inti atau pusat informasi, sedangkan kata STKIP, akan, dan nasional berfungsi sebagai pewatas yang memberi informasi tambahan atau membatasi informasi yang terdapat pada unsur inti.. perhatikan tabel berikut :
Mahasiswa STKIP
Akan menghadiri
Seminar nasional

Pelaku
Perbuatan
Ssasaran

Subjek
Predikat
objek

Pada kolom III, frasa mahasiswa STKIP diperluas menjadi beberapa mahasiswa, frasa akan menghadiri diperluas menjadi mungkin akan menghadiri. Frasa seminar nasional diperluas menjadi seminar nasional bahasa Indonesia. Bentuk perluasan ini masih berbentuk frasa karena masih tetap berada pada tataran fungsi sintaksis yang sama. Perhatikan contoh berikut:
Beberapa mahasiswa STKIP
Mungkin akan menghadiri
Seminar nasional bahasa Indonesia

Pelaku
Perbuatan
Ssasaran

Subjek
Predikat
objek

Contoh diatas menunjukkan bahwa frasa tersusun atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Artinya, konstruksi frasa hanya menduduki satu fungsi klausa, unsur S saja, unsur P saja, unsur O saja, unsur PEL saja atau unsur Ket saja. Tidak mungkin suatu konstruksi frasa menduduki fungsi S dan P sekaligus.
Ciri-Ciri Frasa
Ciri-ciri yang melekat pada frasa sebetulnya telah tersirat pada beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Ciri-ciri tersebut menurut Suhardi, (2013: 21) dikemukakan sebagai berikut.
Frasa terdiri dari dua kata atau lebih;
Frasa belum melampaui batas fungsi (SPOK);
Frasa belum memenuhi syarat sebagai klausa; dan
Frasa lebih kecil daripada klausa.
3. Jenis-Jenis Frasa
Menurut Suhardi, (2013: 23−44) mengungkapkan jenis-jenis frasa dapat dikelompokkan atas beberapa kelompok yang dijelaskan sebagai berikut.
Berdasarkan Kelas Kata
Berdasarkan kelas kata yang menduduki frasa, maka frasa dibedakan menjadi dua golongan, yaitu frasa dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu frasa endosentrik atributif dan frasa endosentrik koordinatif (Parera, 1988: 33−40).

Frasa Endosentrik
Frasa Endosentrik Atributif
Frasa endosentrik atributif adalah sejenis frasa yang salah satu katanya merupakan atribut. Berdasarkan letak atau posisi atribut (A) di dalam frasa maka Parera, (1988: 34) mengelompokkan frasa menjadi empat kelompok sebagai berikut.
Atribut mendahului pusat: AX
Contoh:
Matahari hampir terbenam di ufuk barat.
Pak Budi tidak datang pada pertemuan kemarin.
Pusat di depan, atribut di belakang: XA
Contoh:
Saya sudah siapkan uang pembayar utang setiap bulan.
Tamu itu berada di ruang depan kini.
Atribut terpisah/terbagi: AXA
Contoh:
Dia mencari sebuah buku kesukaannya.
Wanita itu sungguh cantik sekali.
Atribut mana suka: AX atau XA
Conttoh:
Pendengar sekalian dimana saja berada atau sekalian pendengar dimana saja berada.
dia berpaling ke otrang lain atau dia berpaling ke

Frasa Endosentrik Koordinatif
Frasa endosentrik koordinatif adalah frasa yang memiliki dua kata dan berasal dari kelas yang sama. Berdasarkan kelas kata yang mengiringi tersebut, Parera (1988: 36), mengelompokkan frasa endosentrik koordinatif menjadi empat kelompok berikut.
Penambahan (Adikatif)
Kedudukan anggota pembentuk sama, yaitu yang satu tidak tergantung dengan yang lain.
Contoh:
Baju itu terlihat putih lagi bersih.
Cobalah kamu berdiri serta mengedepankan tangan!

Penggabungan
Contoh:
Samakah menurut Saudara lembu dan kerbau?
Perbanyaklah latihan membaca dan menulis!

Pemisahan/pilihan
Contoh:
Tuhan tidak membedakan kaya atau miskin umat-Nya.
Keduanya, baik adik maupun kakak sama dimata ayah.

Perwalian (Aposisi)
Konstruksi aposisi/perwalian adalah sebuah konstruksi endosentrik dan masuk akal untuk menganggapnya sebagai konstruksi atributif, akan tetapi sulit mencari pusat konstruksinya.
Contoh
Buku itu ditulis Prof. Dr. M. Moeljono.
Pabrik itu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentuknya. Selanjutnya frasa eksosentrik juga diterjemahkan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang menunjukkan kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata salah satu (atau lebih) unsur pembentuknya.
Contoh:
dari sekolah (kata keterangan: asal)
di kampus (keterangan: tempat)
ke rumah (keterangan: tujuan)

Berdasarkan Inti Kata
Pengelompokan jenis frasa berdasarkan unsur inti yang membangun frasa tersebut sama dengan pengelompokan atas kelas katanya di atas. Letak perbedaan dilihat dari ada tidaknya unsur inti dalam frase tersebut. Jika memiliki inti, maka dikelompokkan dalam endosentrik, namun yang tidak memiliki maka disebut eksosentrik
Menurut Chaer (2015: 120−149), dilihat dari kedudukan kedua unsurnya, dibedakan adanya frase koordinatif, yaitu kedudukan kedua unsurnya yang sederajat; dan frase subordinatif, yaitu yang kedudukan kedua unsurnya tidak sederajat. Ada yang berkedudukan sebagai unsur atasan, yang kita sebut inti frase; dan ada yang berkedudukan sebagai bawahan, atau yang kita sebut tambahan penjelas frase. Dilihat dari hubungan kedua unsurnya, dibedakan adanya frase endosentrik, yaitu yang salah satu unsurnya dapat menggantikan keseluruhannya; dan adanya frase eksosentrik, yaitu yang kedua unsurnya merupakan satu kesatuan. Kemudian kalau dilihat dari kategorinya, dibedakan danya frase nominal, frase verbal, frase ajektifal dan frase preposisional.
Lalu, berdasarkan kriteria di atas, kita dapat mencatat adanya jenis-jenis frase sebagai berikut.
Frase Nominal
Frase nominal (FN) adalah frase yang dapat mengisi fungsi subjek atau objek di dalam klausa. Menurut strukturnya dapat dibedakan adanya frase nominal koordinatif (FNK) dan frase nominal subordinatif (FNS)
Frase Verbal
Frase verbal adalah frase yang mengisis atau menduduiki fungsi predikat pada sebuah klausa. Dilihat dari kedudukan di antara kedua unsur pembentuknya dibedakan adanya frase verbal koordinaf (FVK) dan frase verbal subordinatif (FVS)
Frase Ajektifal
Frase ajektifal adalah frase yang mengisi atau menduduki fungsi predikat dalam sebuah klausa ajektifal. Dilihat dari kedudukan kedua unsurnya dibedakan adanya frase ajektifa koordinatif (FAK) dan frase ajektifa subordinatif (FAS).
Frase Preposisional
Frase preposisional adalh frase yang berfungsi sebagai pengisi fungsi keterangan di dalam sebuah klausa. Frase preposisional ini bukan frase koordinatif maupun frase subordinatif, melainkan frase eksosentrik. Jadi, dalam frase ini tidak ada unsur inti dan unsur tambahan. Kedua unsurnya merupakan satu-kesatuan yang utuh.
Jenis-jenis Frase
Sebagai suatu konstruksi, frasa disusun oleh beberapa unsur pembentuk yang saling berhubungan secara fungsional. Sebagai contoh, frasa telur asin, terdiri atas nomina yang diikuti oleh adjektiva. Kedua unsur itu memiliki hubungan fungsi. Kata telur berfungsi sebagai unsur inti (pusat) dan kata asin sebagai pewatas. Hubungan keduanya menghasilkan makna 'rasa' yang berarti telur yang rasanya asin. Konstruksi frasa ini termasuk frasa nominal karena pusatnya berupa nomina dan memiliki fungsi serta distribusi yang sama dengan nomina.
Frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama dengan salah satu anggota pembentuknya disebut frasa endrosentis. Perhatikan contoh berikut :
Menteri Hukum dan HAM mulai menertibkan pengelolaan rumah tahanan di lingkungan kepolisian.
Menteri  mulai menertibkan pengelolaan di lingkungan kepolisian.
Frasa Menteri Hukum dan HAM pada kalimat (1) memiliki distribusi yang sama dengan kata Menteri pada kalimat (2). Kata menteri termasuk golongan nomina. Oleh karena itu, frasa Menteri Hukum dan HAM termasuk golongan frasa nomina, demikian pula dengan pengelolaan rumah tahanan pada kalimat (1) memiliki distribusi yang sama dengan kata pengelolaan pada kalimat (2).
Selain frasa endrosentris, terdapat juga frasa eksosentris, yaitu konstruksi frasa yang tidak berfungsi dan berdistribusi sama dengan semua unsur pembentuknya. Perhatikan contoh berikut :
Para menteri menghadiri rapat bersama presiden di istana negara
*Para menteri menghadiri rapat bersama presiden di ..............
*Para menteri menghadiri rapat bersama presiden ..... istana negara.
Unsur dalam frasa eksosentris tidak terdiri dari unsur inti dan pewatas, tetapi terdiri dari unsur perangkai dan sumbu. Sebagai contoh frasa di istana. Kata di berfungsi sebagai perangkai, sedangkan kata istana berfungsi sebagai sumbu. Yang termasuk ke dalam jenis frasa ini adalah frasa preposisional.

Kata Majemuk
Menurut Suhardi (2013: 74-79) mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki beberapa predikat atau dibangun atas beberapa klausa. Berdasrkan bentuk klausa yang membangunnya, kalimat majemuk dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (1) kalimat majemuk setara, (2) kalimat majemuk bertingkat, (3) kalimat majemuk campuran, dan (4) kalimat majemuk rapatan.
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukannya sejajar (setara) di dalam kalimat. Biasanya kalimat majemuk setara menggunakan kata hubung: dan, tetapi, atau.
Contoh:
Ani belajar dan Budi membaca koran.
Dia tidak belajar tetapi mengobrol di kelas.
Kamu suka yang ini atau kamu suka yang itu?

Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat. Letak anak kalimat dapat berada setelah induk kalimat atau boleh juga mendahului induk kalimat.
Contoh (anak kalimat berada setelah induk kalimat):
Ia sudah duduk di rumah ketika saya kembali dari kampus.
Saya akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah jika saya memiliki uang cukup.
Contoh (anak kalimat mendahului induk kalimat):
Ketika saya kembali dari kampus, Ali sudah menunggu di depan rumah saya.
jika saya memiliki uang cukup, saya akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah.

Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang dibangun atas campuran beberapa kalimat majemuk (setara dan bertingkat).
Contoh:
Amir berangkat ke sekolah dan Meri pergi ke kantor ketika rombongan guru-guru SMAN 6 datang.
Acara pembukaan pelatihan itu tertunda beberapa jam sebab rombongan Pak Camat datang terlambat sehingga acara itu ditutup menjelang sore.

Kalimat majemuk rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang salah satu unsurnya hilang (merapat)
Bapak membaca surat kabar Batam Post.
Adik membaca surat kabar batam Post.
Kalimat (a) dan (b) di atas dapat dibentuk menjadi kalimat majemuk rapatan dengan cara menghilangkan salah satu unsur yang sama, sehingga menjadi.
Bapak dan adik membaca surat kabar Batam Post.
Kesamaan unsur yang terjadi dalam kalimat majemuk rapatan dapat saja terjadi kesamaan subjek, predikat, objek atau keterangan
Kesamaan subjek
Kakak memasak gulai kambing.
Kakak merangkai bunga.
*     Kakak memasak gulai kambing dan merangkai bunga.
Kesamaan predikat
Bapak menanam pohon.
Ibu menanam pohon.
*     Bapak dan Ibu menanam pohon dan bunga
Kesamaan objek
Adik menyepak bola.
Amir menyepak bola.
*     Adik dan Amir menyepak bola.
Kesamaaan keterangan
Rudi belajar di sekolah.
Budi belajar di sekolah.
*     Rudi dan Budi belajar di sekolah.
Perluasan Frase.
Perluasan Frasa Nominal
Frasa nominal dapat diperluas ke kanan atau ke kiri dengan menambahkan unsur-unsur pewatas pada nomina inti. Brikut ini beberapa kaidah perluasan frasa (bandingkan dengan Alwi dkk., 2003: 244)
Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina atau lebih. Rangkaian kemudian ditutup dengan salah satu pronomina persona atau ini/itu. Setiap nomina hanya menerangkan nomina sebelumnya
Contoh: Dosen Sosiologi Universitas Indonesia itu
Inti diperluas oleh beberapa nomina
Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina, kemudian ditutup oleh ini/itu. Polanya adalah (1) nomina, (2) adjektiva, (3) pronomina persona, (4) ini/itu.
Contoh:
mobil
mobil baru
mobil baru saya
mobil baru saya ini
Suatu inti juga diperluas dengan adjektiva, kata yang, pronomina persona, lalu diakhiri dengan kata ini/itu. Polanya adalah (1) nomina, (2) persona, (3) yang, (4) adjektiva, (5) ini/itu.
Contoh:
mobil
mobil saya
mobil saya yang
mobil saya yang baru
mobil saya yang baru ini
Suatu inti dapat diperluas dengan aposisi, yakni frasa nominal yang mempunyai acuan yang sama dengan nomina inti.
Contoh: Imam B. Prasodjo, sosiolog Universitas Indonseia
Dalam hal ini, orang yang dirujuk oleh aposisi sosiolog Universitas Indonesia adalah Imam B. Prasodjo.

Nomina inti juga dapat diperluas oleh frasa pereposisional. Frasa preposisi ini merupakan bagian dari frasa nominal karena nomina inti tersebut bukan bentuk definit, melainkan nomina yang masih umum sehingga konstruksi frasanya tidak dapat dipindah-pindahkan.
Contoh: dokter
dokter di Indonesia
* di Indonesia dokter
Apabila nomina dokter diikuti oleh determinan ini/itu, frasa preposisi di Indonesia tidak lagi menjadi bagian dari frasa nominal, tetapi merupakan bagian dari klausa yang menduduki fungsi predikat
dokter itu (S) di Indonesia (P)







Perluasan Frasa Verbal
Frasa verbal dapat diperluas dengan menambah adverbia yang berfungsi sebagai pewatas depan.
Contoh: akan pergi
tentu akan pergi
belum tentu akan pergi
mungkin belum tentu akan pergi
Frasa verbal juga dapat diperluas dengan menambah pewatas belakang.
Contoh: Pergi saja
Pergi saja lagi

Perluasan Frasa Adjektival
Frasa adjektival dapat diperluas dengan menambah pewatas, baik pewatas depan, maupun pewatas belakangnya
Contoh: licah
tak lincah
tak lincah lagi
sudah tak lincah lagi
sudah sangat tak lincah lagi

Perluasan Frasa Numeralia
Frasa numeralia dapat diperluas ke kanan atau ke kiri dengan menambahkan unsur-unsur pewatas pada numeralia inti
Contoh: dua
hanya dua belas
hanya dua belas ribu
hanya dua belas ribu ekor

Perluasan Frasa Pronominal
Frasa pronominal dapat diperluas ke kanan atau ke kiri dengan menambahkan unsur-unsur pewatas pada pronomina inti.
Contoh: Kamu
Kamu berempat
Hanya kamu berempat
Hanya kamu berempat saja
Frasa pronominal dapat diperluas dengan penambahan frasa nominal yang berfungsi sebagai apositif
Contoh: Hanya kami, mahasiswa semester satu

Perluasan Frasa Adverbial
Frasa adverbial dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan unsur-unsur pewatas pada adverbia inti.
Contoh: sekarang
sekarang ini
sekarang ini saja
bukan sekarang ini saja

Perluasan Frasa Preposisional
Frasa preposisional dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan unsur-unsur sumbu pada preposisi yang berfungsi sebagai perangkai. Biasanya unsur sumbu yang ditambahkan untuk memperluas frasa preposisional adalah nomina.
Contoh: di
di atas lemari
di atas lemari baju
di atas lemari baju seragam
di atas lemari baju seragam kantor


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sintaksis merupakan ilmu yang memiliki beberapa kajian yang tercakup di dalamnya yaitu kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Dari kajian tersebut yang ada dalam pembahasan makalah ini yaitu tentang frase. Secara sederhana pengertian frase disini adalah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih, atau secara rinci disebutkan bahwa frase adalah suatu kelompok kata fungsional yang memiliki susuan gramatikal tertentu tetapi tidak melebihi fungsi (SPOK) sehingga tidak berbentuk arti atau satuan gramatikal secara potensial karena hanya berupa gabungan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas dan mempunyai sifat nonpredikatif.
Frase dapat dibedakan berdasarkan jenisnya jika dilihat dari kedudukan kedua unsurnya frase dibedakan menjadi dua yaitu frase koordinatif dan frase subordinatif. Dan jika dilihat dari hubungan kedua unsurnya frase juga dibedakan menjadi dua yaitu endosentrik dan eksosentrik. Kemudian, kalau dilihat dari kategorinya frase terbagi atas 7 yaitu frase nominal, frase verbal, frase adjectival, frase numeralia, frase pronominal, frase adverbial, dan frase preposisional.

Saran
Dengan adanya pengenalan frase sebagai satuan bahasa dari sintaksis dalam pembahasan makalah ini yang diharapkan adalah mampu menambah pengetahuan baik penulis maupun pembaca. Namun untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang pembahasan frase, bisa dilakukan pembaca dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang sudah ada dan memuat banyak hal mengenai frase, salah satunya buku sintaksis yang dibuat oleh berbagai pengarang, sehingga pembaca bisa mengetahui lebih luas ilmu sintaksis. Karena di dalam makalah ini, kami selaku penulis hanya membahas garis besarnya saja dalam ilmu sintaksis dari kajian di dalamnya, yaitu mengenai frase.









Daftar Pustaka


Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: AR-
RUZZ MEDIA
Chaer, Abdul. 2015. Sintaksis Bahasa  Indonesia (Pendekatan Proses).Jakarta:
PT Rineka Cipta

Khairah, Miftahul, Sakura Ridwan. 2015. Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara




Komentar

Postingan populer dari blog ini

FONOLOGI

PSIKOLINGUISTIK