SEMANTIK
SEMANTIK
A. PEGERTIAN SEMANTIK
Pengertian
semantika dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Kridalaksana
(2001: 193) memberi pengertian semantika sebagai sebuah sistem dan penyelidikan
makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Ekowardono (2013: 2), mengemukakan bahwa
semantika adalah ilmu bahasa yang mengkaji makna bahasa, sedangkan
menurut Keraf (1984: 129), semantik adalah bagian dari tatabahasa yang
meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari
arti suatu kata.
Pengertian
semantika juga dikemukakan oleh Verhaar (2006: 13), bahwa semantik
adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Menurut Leech
(2003: 19), semantik merupakan studi tentang makna dalam pengertian yang luas
yaitu ‘semua yang dikomunikasikan melalui bahasa’. Filsuf Perancis, Ricoeur
(2012: 30), mendefinisikan semantik sebagai ilmu tentang kalimat, langsung
fokus pada konsep makna (yang dalam tahapan ini sinonim dengan meaning).
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu bahasa
yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan
makna yang satu dengan yang lain, serta hubungan antara kata dengan konsep atau
makna dari kata tersebut.
Pada tahun 1923 muncul buku The
Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga
unsur dasar, yakni ‘thought of reference’ (pikiran) sebagai unsur yang
menghadirkan makna tertentu yang memiliki hubungan signifikan dengan referent(acuan).
Pikiran memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak
memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki
hubungan yang arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa
menetukan fakta bahwa asal kata meaning(nomina) dari to mean (verba), di
dalamnya banyak mengandung ‘meaning’ yang berbeda-beda. Leech (1974) menyatakan
bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar memikirkan’the meaning of meaning’
yang diperlukan untuk pengantar studi semantik. Mereka sebenarnya cenderung
menerangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain; para ahli sendiri
masih memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat
dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik.
B. BATASAN ILMU SEMANTIK
Istilah Semantik lebih umum digunakan
dalam studi ingustik dari pada istilah untuk ilmu makna lainnya,seperti
Semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik.Ini dikarenakan istilah-istilah
yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas,yakni mencakup makna
tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda lalu lintas, morse, tanda
matematika,dan juga tanda-tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atauarti yang berkenaan dengan
bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
C. HUBUNGAN SEMANTIK DENGAN TATARAN ILMU SOSIAL LAIN
Berlainan dengan tataran analisis
bahasa lain, semantik adalah cabang imu linguistik yang memiliki hubungan
dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi. Bahkan jugadengan filsafat
dan psikologi.
1.
Semantik dan Sosiologi
Semantik berhubungan dengan sosiologi
dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu
untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitaskelompok penuturnya.
Contohnya :
Penggunaan /
pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan identitas kelompok
penuturnya.
Kata ‘cewek’
identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih
sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankankesopanan.
2.
Semantik dan Antropologi.
Semantik dianggap berkepentingan dengan
antropologi dikarenakan analisis makna padasebuah bahasa, menalui pilihan kata
yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang
kehidupan budaya penuturnya.
Contohnya :
Penggunaan /
pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’
dapatmencerminkan budaya penuturnya.
Karena kata
‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta. Sedangkan
kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang.
D. ANALISIS SEMANTIK
Dalam analisis semantik, bahasa
bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat dengan budaya masyarakat
penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat digunakan
untuk menganalisi bahasa lain.
Contohnya
penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa Inggrisyang
mewakili nasi, beras, gabah dan padi.
Kata ‘rice’
akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang berbeda.
Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi.
Tentu saja
penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi, beras,gabah,
dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah,
beras dannasi, seperti bangsa Indonesia.
Kesulitan lain
dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak
selalu penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang
artinya, setiap tanda lingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna.
Adakalanya,
satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya, duatanda
lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama.
Hubungan
tersebut dapat digambarkan dengan contoh-contoh berikut :
Bisa =
racun = dapat
Buku,Kitab =
Lembar kertas berjilid
E. JENIS SEMANTIK
Semantik memiliki memiliki objek studi
makna dalam keseluruhan semantika bahasa,namun tidak semua tataran bahasa
memiliki masalah semantik Leksikon
Tataran tata
bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi dan
sintaksis.
Morfologi
adalah cabang lnguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta
proses pembentukannya. Satuan dari morfologi yaitu morfem dan kata.
Contoh :
Ajar = Pe
– lajar
Be –
lajar ( pe- dan be- dapat
membedakan makna )
Sedangkan
sintaksis, adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk
satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki
satuanyaitu kata, frase, klausa, dan kalimat.
- Semantik sintaktikal memiliki tataran bawahan yang disebut :
a)Fungsi
gramatikal
b)Kategori
gramatikal
c)Peran
gramatikal
Contoh analisis
semantik sintaktikal
\Kata fungsi
|
Si udin
|
menjaga
|
adiknya
|
Di rumah sakit
|
Fungsi
|
Subjek
|
predikat
|
objek
|
keterangan
|
kategori
|
Nomina
|
Verba
|
nomina
|
Nomina
|
Peran
|
Agen
|
benefaktif
|
patient
|
Locative
|
Satuan dan proses dari morfologi dan sintaktik
memiliki makna. Oleh karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah semantik
yang disebut semantik gramatikal karena objek studinya adalah
makna-makna gramatikal dari tataran tersebut.
Kalau yang menjadi objek penyelidikan adalah semantik
leksikon, maka jenis semantiknya adalah
- semantik leksikal
. Semantik leksikal menyelidiki makna yang
ada pada leksem dari bahasa. Oleh karena itu, makna yang ada dalam leksem
disebut makna leksikal.Leksem adalah satuan-bahasa bermakna. Istilah leksem ini
dapat dipadankan dengan istlah kata, yang lazim digunakan dalam studi morfologi
dan sintaksis,dan yang lazim didefiinisikan sebagai satuan gramatik bebas
terkecil. Baik kata tunggal maupun kompositum
Contoh :
Kambing = nama
hewan
Hitam = jenis
warna
Kambing hitam =
orang yang dipersalahkan
F. JENIS MAKNA
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat
dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal.
Berdasarkan ada
tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan
nonreferensial.
Berdasarkan ada
tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan
denotatif.
Berdasarkan
ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan
makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke
dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
1.
Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning,
sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri
baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks (turunan) dan makna yang
ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna
konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
2.
Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai
dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas
asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual disebut juga makna denotatif,
makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual
dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
3.
Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual
yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau
sempit. Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan
saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata
usaha sekolah bersangkutan.
4.
Makna Spesifik
Makna spesifik adalah makna konseptual,
khas, dan sempit.
Misalnya jika
berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang
yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
5.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna
kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna
yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan
di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang
yang tidak berpendirian tetap.
6.
Makna Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat
asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna
konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang
terdapat di luar makna leksikalnya.
7.
Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang
muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh
karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
8.
Makna Stilistik
Makna
stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama
kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra.
Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang
digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak
ditampilkan melalui gaya bahasa.
9.
Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan
dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya kata ikan,
gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan
muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan
makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau
hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna
dibatasi oleh kecepatan.
10.
Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam
idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur
pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom
penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya
secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom
sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki
makna leksikal.
11.
Makna Kontekstual
Makna kontekstual muncul sebagai
akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga
makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan
dengan struktur ketatabahasaan.
12.
Makna Gramatikal
Makna
grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata
dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari
proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
13.
Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan
oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan,
maupun penekanan pembicaraan.
14.
Realasi makna
adalah hubungan antara makna yang satu dengan
makna kata yang lain. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu
(1) prinsip
kontiguitas,
(2) prinsip
kolementasi,
(3) prinsip
overlaping
(4) inklusi.
Prinsip
kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki
makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang
disebut sinonimi.
1.
Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu
berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya
relasi makna yang disebut antonimi.
2.
Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki
makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna
berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut
homonimi dan polisemi.
3.
Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup
beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna
yang disebut hiponimi.
15.
Sinonimi
adalah
nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu suatu istilah yang
mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.
Contoh: pintar,
pandai, cerdik, cerdas, cakap, mati, meninggal, berpulang, mangkat wafat
Sinonimi tidak
mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip. Hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-kata asing,
penyerapan kata-kata daerah, makna emotif dan evaluatif. Kata bersinonimi tidak
dapat dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi oleh
(1) faktor
waktu,
(2) faktor
tempat atau daerah,
(3) faktor
sosial,
(4) faktor
kegiatan dan
(5) faktor
nuansa makna.
16.
Homonimi
adalah kata-kata yang sama bunyi dan
bentuknya tetapi mengandung makna dan pengertian yang berbeda.
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya homonimi adalah (1) kata-kata yang berhomonimi itu
berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (2) kata-kata yang berhomonimi
itu terjadi sebagaimana hasil proses morfologis.
Homonimi yang
homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.
Contoh:
bisa = sanggup,
dapat
bisa = racun
ular
jagal =
pedagang kecil
jagal =
orang yang bertugas menyembelih binatang
padan =
banding
padan =
batas
padan =
janji
padan =
curang
padan = layar
Homonimi yang
tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak sama tetapi bunyinya sama.
Contoh:
bang =
bentuk singkatan dari abang
bank =
lembaga yang mengurus uang
sangsi =
ragu
sanksi =
akibat
syarat =
janji
sarat =
penuh dan berat
Homonimi yang
homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak bunyinya.
Contoh:
teras =
hati kayu atau bagian dalam kayu teras = pegawai utama
teras = bidang
tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain
17.
Antonimi
adalah nama lain untuk benda lain pula
atau kebalikannya.
18.
Oposisi kembar
yaitu
perlawanan kata yang merupakan pasangan atau kembaran yang mencakup dua
anggota.
Contoh:
laki-laki =
perempuan
kaya =
miskin
ayah =
ibu
19.
Oposisi gradual
yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara
dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara. Contoh:
kaya dan miskin, besar dan kecil
Pada kata
tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya – cukup kaya – kaya – miskin
– cukup miskin – sangat miskin, sangat besar – lebih besar – besar – kecil –
lebih kecil – sangat kecil.
20.
Oposisi majemuk
yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat
yang terdiri dari dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
<>Contoh:
duduk Berdiri
<> berbaring
berjongkok tiarap
1.
Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi
kebalikan, relasi pertentangan yang bersifat saling melengkapi.
Contoh:
menjual beroposisi membeli
suami
beroposisi istri
utara
beroposisi selatan
2.
Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat
yang berlainan. Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk.
Kata-kata yang beroposisi hirarkis adalah kata-kata yang berupa nama satuan
ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan dan
sebagainya.
Contoh:
meter beroposisi dengan kilometer
kuintal
beroposisi dengan ton
3.
Oposisi inversi, oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa –
semua, mungkin – wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah
apakah kata itu mengikuti kaidah sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu
istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam
kaitan dengan istilah berlawanan.
Contoh:
beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai pantai
4.
Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu
atau kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran
arti.
5.
Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya.
Contoh:
bisa = dapat
bisa = racun
Sedangkan
polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu
atau kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu arti.
Contoh: kepala
1. bagian tubuh
dari leher ke atas
2. bagian dari
suatu yang terletak di sebelah atas atau depan yang merupakan hal yang penting
3. pemimpin
atau ketua
6. Dua cara
untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau homonimi,
pertama melihat
etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah homonimi yakni
(1) buku yang
merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti ‘tulang sendi’
(2) buku yang
berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kitab, pustaka’.
Kedua, dengan
mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar.
1.
Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain.
2.
Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup
sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen
yang mencakup dalam kelas atas. Contoh: Januari, Februari, Maret, April
hiponimi dari kata bulan. Kelas atas disebut hipernim, contohnya, ikan
hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri.
G. BAHASA MANFAAT SEMANTIK DALAM PEMBELAJARAN
Semantik adalah studi tentang makna. Ini
adalah subjek yang luas dalam studi umum bahasa. Pemahaman semantik sangat
penting untuk mempelajari bahasa akuisisi (bagaimana pengguna bahasa memperoleh
makna, sebagai pembicara dan penulis, pendengar dan pembaca) dan perubahan
bahasa (bagaimana mengubahmakna dari waktu ke waktu). Sangat penting untuk
memahami bahasa dalam kontekssosial, karena ini cenderung mempengaruhi arti,
dan untuk memahami jenis bahasaInggris dan efek gaya.
Oleh karena itu salah satu konsep yang
paling mendasar dalam linguistik. Kajian semantik meliputi studi tentang
bagaimana makna dibangun, diinterpretasikan, diklarifikasi, tertutup,
ilustrasi, disederhanakandinegosiasikan, bertentangan dan mengulangi.Makna
bahasa, khususnya makna kata, terpengaruh oleh berbagai konteks.Makna kata
dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa.Dalam
konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada
benda- benda atau objek-objek yang berada di alam semesta.
Makna kata juga dapat dibentuk oleh
konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna
bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau
persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau
peristiwa yang terjadi diluar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan
bahasa akan tidak sama dalammenafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi
dan konsepsi mereka berbedaterhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna
kata juga dapat dibentuk olehkaitan antara stimulus, kata dengan respons yang
terjadi dalam suatu peristiwa ujaran.Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka
kajian semantik pada dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan.
Pertama, makna bahasa dipengaruhi olehkonteks di luar bahasa, benda, objek dan
peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua,kajian makna bahasa ditentukan oleh
konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaan suatu bahasa.Uraian di atas
menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam semantik penting untuk
dipahami. Contoh, pengertian sense berbeda dari pengertian reference.
Pertama, merujuk kepada hubungan antar
kata dalam suatu sistem bahasa dilihat dari kaitan maknanya. Sedangkan yang
kedua merujuk kepada hubungan antara kata dengan benda, objek atau peristiwa di
luar bahasa dalam pembentukan makna kata.Begitu pula dengan pengertian tentang
kalimat, ujaran dan proposisi perlu dipahami dalam kajian antik. Dalam
keseharian, kerap tidak kita bedakan atau kalimat dengan ujaran. Kalimat
sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari
subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat terdir idari satu kata, frase atau
kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandai oleh adanya unsur
fonologis, yakni kesenyapan. dalam semantik kedua konsep ini memperlihatkan
sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak
dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalam mengungkapkan
makna ujaran sangat penting. Sementara kajian makna kalimat lazimnya lebih
memusatkan pada konteks tata bahasa dan unsur lain yang dapatdicakup dalam tata
bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu dapat di gramatikakan yang
terwujud dalam perbedaan bentuk kata kerja. Beberapa daerah yang penting dari
teori semantik atau ajaran yang dipelajari sematik diantaranya yaitu:
* Simbol dan
rujukan
*Konsepsi makna
* Kata-kata dan
lexemes
* Denotasi,
konotasi, implikasi
* Pragmatik
* Ambiguitas
* Metaphor,
simile dan symbol
* Semantic
bidang
* Sinonim,
antonim dan hyponym
* Collocation,
ekspresi tetap dan idiom
* Semantic
perubahan dan etimologi* Polisemi
* Homonimi,
homofon dan homographs
* Leksikologi
dan leksikografi
* Thesauruses,
perpustakaan dan Web portal
* Epistemologi
Jadi dengan memahami dan menguasai
semantic, akan mempermudah dan memperlancar dalam pembelajaran bahasa
berikutnya misalkan dalam mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya
kedua bidang bahasa ini saling berhubungan danmenunjang satu sama lain. Bagi
pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis
untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar
sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat teoritis, maupun praktis.
Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahamidengan lebih
baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalahkemudahan
untuk mengajarkannya.
Komentar
Posting Komentar