KALIMAT



BAB  I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Dalam sintaksis Mengenai tentang kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Kalimat selalu kita ucapakan ketika kita berbicara pada seseorang. Didalam kalimat itu sendiri terdapat tata bahasa dan tata cara pengucapannya. Penting untuk kita mempelajari seluk bentuk mengenai kalimat secara rinci. Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan, kita sebenarnya tidak menggunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat. Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas .
Dalam perkataan lain semua kalimat yang kita gunakan berasal dari pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pola kaidah yang benar. Berdasarkan uraian di atas, makalah ini membahas mengenai macam-macam kalimat berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.

B.                 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana jenis-jenis kalimat berdasarkan katagori predikatnya?
2.      Bagaimana membedakan kalimat aktif dan kalimat pasif?
3.      Bagaimana kalimat berdasarkan jumlah kaluasa?
4.      Jenis kalimat berdasarkan modusnya?

C.                TUJUAN
Untuk mengetahui macam-macam kalimat berdasarkan kata gorinya serta membedakan kalimat aktif dan kalimat pasif  dalam bahasa indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Kalimat
            Kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar biasanya berupa kalusa; tetapi dapat juga berupa frase atau kata. Hanya, kalau konstituennya dasarnya berupa kalusa, maka yang terbentuk adalah kalimat bebas, dan kalau konstituen dasarnya berupa frase atau kata, maka yang terbentuk adalah kalimat terikat, seperti kalimat jawaban singkat dan sebagainya.
            Intonasi final dapat berup nada datar untuk kalimat dekralatif yang dalam bahasa ragam tulis dilambangkan dengan tanda baca titik ( . ). Dapat berupa nada naik dan meninggi untuk kalimat interogatif, yang dalam bahasa ragam tulis dilambangkan imperatif, yang dalam bahasa ragam tulis dilambangkan dengan tanda Tanya (?). dapat juga berupa nada naik keras untuk kalimat imperatif, yang didalam ragam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru (!). disamping itu masih ada intonasi lain untuk kalimat seruan, kalimat pengharapan, dan lainnya.
            Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa kalimat adalah (1) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa; (2) klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas,; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya; dan (3) konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan. Berdasarkan definisi atau pengertian kalimat yang disampaikan para ahli, kita dapat merumuskan ciri-ciri kalimat, yaitu sebagai berikut:
            1)      Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;
            2)      Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa;
            3)      Secara relatif dapat berdiri sendiri;
            4)      Memiliki atau mengandung pikiran yang lengkap;
            5)      Mempunyai pola intonasi akhir;
            6)      Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf capital dan diakhiri tanda baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif, tanda tanya untuk kalimat interogatif, dan tanda seru untuk kalimat interjektif).

B.                 Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
            Istilah kalimat pasif didikotomikan dengan istilah kalimat aktif, karena lazim dibicarakan bahwa kalimat pasif itu dibentuk dari kalimat aktif namun, tidak semua kalimat aktif bisa diubah menjadi kalimat pasif. Sebelum semakin jauh membahas tentang pola kalimat aktif dan pasif, alangkah lebih bijak jika kamu mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian keduanya. Hemat kata, sebenarnya perbedaan dan definisi kalimat aktif dan pasif terletak pada subjeknya. Yang dikategorikan sebagai kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku dari sebuah pekerjaan ataupun kejadian. Sementara itu, pada kalimat pasif, subjek justru dikenai sebuah pekerjaan.

            Kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat pasif adalah kalimat yang fungsi predikatnya di isi oleh verba transitif, yaitu verba yang mempunyai komponen makna
(+ tindakan) dan (+ sasaran). Secara formal klausa atau kalimat yang predikatnya berupa verba transitif ini akan diiukuti oleh sebuah objek, yang berperan sebagai sasaran maupun sebagai hasil tindakan. Verba ini secara morfologi dengan adanya prefis me- inflektif.
Contoh:
1.                  Nenek  membaca  komik
                   S              P             O
            Keterangan:
            Nenek              = Subjek, nominal, pelaku
            Membaca         = predikat, verba transitif, tindakan
            Komik             = objek, nominal, sasaran

2.                  Kakek  menulis  surat
S           P            O
Keterangan:
Kakek = subjek, nomina, pelaku
Menulis = predikat, verba transitif, tindakan
Surat = objek, nominal, hasil
Beda komik sebagai objek pada kalimat pertama dengan surat sebagai objek pada kalimat kedua adalah komik berperan sebagai sasaran tindakan membaca, sadangkan surat adalah hasil dari tindakan menulis. Proses pembentukan kalimat pasif dari sebuah kalimat aktif dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
            Pertama, memindahkan objek kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif. Kedua, memindahkan subjek kalimat aktif menjadi objek kalimat pasif, mengubah verba dari berprefiks me- menjadi verba berprefiks di- lalu, terakhir menepatkan preposisi oleh sebagai penanda pelaku secara opsional di antara predikat dan objek pelaku.
Contoh :
1.                  Kalimat Aktif =          S          P          O
                                             V-me-

2.                  Kalimat pasif =           S          P          O
                                             V-di-
            Dengan demikian kalau kalimat aktif Nenek membaca komik akan dipasifkan
pasifkan terjadi proses sebagai berikut:
1.                  Nenek    membaca   komik
S           P (V-me-)     O

2.                  Komik    dibaca   (oleh)  nenek
S          P(V-di-)            O


C.                Jenis Kalimat Berdasarkan Katagori Predikatnya
1.                  Kalimat verba
a.                   Kalimat verbal monotransitif
            Yakni yang predikatnya berupa verba yang memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
                 Nenek   membaca  komik  dikamar
                 S            O               K        Ket.
                Contoh lain:
-                      Kemarin kakek membeli sepatu
-                      Kami makan ketoprak disana
-                      Adik-adik menunggu ibu dirumah
-                      Saya menulis surat lamaran
            b.  Kalimat verba bitransitif
            Yakni kalimat yang predikatnya berupa verba yang memiliki komponen makna ( + tindakan ) , ( + sasaran ) , dan ( + pelengkap ),
                 Contoh:
                  Nenek   membelikan  kakek  sepatu baru
                   S            P                   O         Pel.
                 Contoh lain:
-                      Kakek membacakan adik cerita lucu
-                      Beliau membukakan kami pintu depan
-                      Pak lurah memberikan saya izin
-                      Paman mengirimi nenek uang
c.                   .Kalimat verba intransif
            Yakni kalimat yang predikatnya berupa verba yang memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + sasaran )
Contoh:
            Anak-anak itu menari di aula
            A                     p
            Contoh lain:
-                      Anjing menggonggong sepanjang malam
-                      Kapal itu berlayar ke medan
-                      Kami berjalan ke stasiun
-                      Kompor gas pembagian itu meledak
2.                    Kalimat Nominal
            Yakni kalimat yang predikatnya berkategori nomina, atau dibentuk dari sebuah klausa nominal dan intonasi final.
            Contoh:
                        Orang itu  petani
                          S                P
            Contoh lain:
-                      Pak yusuf guru SMP
-                      Kera itu binatang prima
-                      Ibunya dokter gigi disana
-                      Dulu siska mahasiswa UNJ
3.                    Kalimat ajektifal
                        Yakni kalimat yang predikatnya berkatagori nomina, atau bentuk dari sebuah klausa ajektifal intonasi final.
            Contoh :
                        Siska  cantik sekali
                        S         P
            Contoh lain:
-                      Rumah besar
-                      Pakaian mereka kotor-kotor
-                      Pemuda itu anteng
-                      Jalannya licin
4.                    Kalimat preposisional
                        Yakni kalimat yang predikatnya berupa frase preposisional, atau dibentuk dari sebuah klausa preposisional dan intonasi final
           
Contoh:
                        Guru kami  dari medan
                         S                P
            Contoh lain:
-                      Mereka dari banda aceh
-                      Anak-anak itu di masjid
-                      Semua anaknya diluar negeri
-                      Tahun depan kita ke mekkah
-                       
5.                    Kalimat numeral
                        Yakni kalimat yang predikatnya berupa fase numeral,dibentuk dari sebuah klausa numeral dan intonasi final.
            Contoh :
Gaji beliau  lima juta   sebulan
S                      p            ket.
Contoh lain:
-                      Anaknya Sembilan orang
-                      Jaraknya dua kilometer dari sini
-                      Mobil kami tiga buah
-                      Anak anjingnya lima ekor

D.                Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
            Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk atau kalimat turunan.

1.                  Kalimat Tunggal
            Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang tunggal maka dinamai kalimat tunggal. Hal itu juga berarti hanya     ada satu P(predikat) di dalam kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan, unsur S dan P adalah penanda klausa. S dan p selalu wajib dalam setiap kalimat.
Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
                        Contoh :
-                      Kami mahasiswa Indonesia.
-                      Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
-                      Mobil orang kaya itu ada delapan.

Kalimat tunggal dapt dilengkapi atau diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel, dan Ket. Jadi kalimat tunggal tidak harus berupa kalimat pendek.

2.                  Kalimat Majemuk
            Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa. Perhatikan contoh diberikut ini:
a.                   Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan
                            S                        P1                           O1
b.                  Harus menjunjung tinggi etika profesi .
                        P2                       O2

c.                   Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus ketika
S1               P1               O1                     Ket
d.                  Para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur .
                              S2                                    P2            O2
            Contoh yang pertama disebut kalimat majemuk setara karena mempunyai dua klausa yang setara/sejajar. Penanda yang memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara antara lain konjungsi dan. Contoh yang kedua disebut kalimat majemuk bertingkat karena klausa yang kedua merupakan perluasan dari klausa pertama.             Penanda yang memisahkannya adalah konjungtor ketika Kalimat Majemuk Setara. Kalimat majemuk setara mempunyai ciri :
a.                   Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
b.                  Kedudukan tiap kalimat sederajat

            Penghubung  Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara
Jenis Hubungan
Fungsi
Kata Penghubung
Penjumlahan
menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses
dan, serta, baik, maupun
Pertentangan
menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua
tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan
Pemilihan
menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan
Atau
Perurutan
menyatakan kejadian yang berurutan
lalu, kemudian

            Contoh kalimat majemuk setara:
a.                                          Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya
b.                                          Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin
c.                                          Engkau tinggal disini, atau ikut dengan saya.
d.                                          Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
3.                  Kalimat Majemuk Bertingkat
            Konstruksi kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtur kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungtur kalimat majemuk setara.
            Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis
Hubungan
Kata Penghubung
a. waktu
sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
b. syarat
jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala
c. tujuan
agar, supaya, untuk, biar
d. konsesif
walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
e. pembandingan
seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat
f. sebab/alas an
sebab, karena
g. akibat/hasil
sehingga, sampai-sampai, maka
h. cara/alat
dengan, tanpa
i. kemiripan
seolah-olah, seakan-akan
j. kenyataan
Padahal, nyatanya
k. penjelasan/ kelengkapan
Bahwa
                       
            Contoh kalimat majemuk bertingkat:
a.                  Dia datang ketika kami sedang rapat.
b.                  Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi.
c.                   Anda harus bekerja keras agar berhasil.
d.                  Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
e.                  Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
















BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan   
            Kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasr biasanya berupa kalusa; tetapi dapat juga berupa frase atau kata. Hanya, kalau konstituennya dasarnya berupa kalusa, maka yang terbentuk adalah kalimat bebas, dan kalau konstituen dasarnya berupa frase atau kata, maka yang terbentuk adalah kalimat terikat, seperti kalimat jawaban singkat dan sebaginya. Kalimat dibagi menjadi dua yaitu kalimat pasif dan kalimat aktif. kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku dari sebuah pekerjaan ataupun kejadian. Sementara itu, pada kalimat pasif, subjek justru dikenai sebuah pekerjaan.

















DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2015. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta:  PT RINEKA CIPTA.
Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesi Sintaksis. Yogyakarta: CV. KARYONO.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

FONOLOGI

PSIKOLINGUISTIK

FRASA