Cerpen Bersenandung dengan Irama
BERSENANDUNG DENGAN IRAMA
Sejauh manapun jarak, pendidikan tetap saja ada, seperti pendidikan festival ini, yang mengajarkan kami supaya tetap berkarya dan terus berkarya, apa pun resikonya. Di dalam berkarya tidak mengenal usia, dan kata pepatah carilah ilmu walaupun ke Negeri Cina, pendidikan tidak hanya tertumpu pada satu arah tetapi pendidikan bertumpu pada ke semua arah.
Sejak matahari terbit, pendidikan terus saja mengalir ibarat air yang terus saja mengalir sampai kepada titik yang ingin dituju. Seperti salah satu pendidikan festival yang ada di kampus STKIP PGRI Bangkalan, untuk memperingati hari pekan sastra. Yang berjudul Festival Puisi Bangkalan 2. Dari rumah saya besiap-siap untuk menghadiri acara itu, dengan semangatnya saya berangkat dari rumah untuk menuju ke acara tersebut yang akan diadakan di gedung Pratanu.
"Di mana gedung Pratanu itu?"
"Kamu tunggu saja di halte, saya masih di jalan!"
"Kamu masih di jalan mana?"
"Saya masih di alun-alun, kamu tunggu saja, bentar lagi saya sampai!"
"Oke saya tunggu!"
Akhirnya mereka semua datang dengan membawa senyuman yang ada diwajahnya, dan kami semua masuk ke dalam gedung Pratanu. Tapi mereka masih menelusuri gedung itu yang jaraknya begitu jauh dari gerbang masuk. Kalau yang berjalan kaki lumayan jauh, tapi kalau yang pakai sepeda motor tidak terlalu jauh.
Di gedung Pratanu dari kejauhan sudah terdengar suara alunan nada yang cukup merdu, alunan nadanya yang merdu seolah-olah mengiringi langkahku untuk menuju ke persinggahan yang telah disiapkan untuk kami semua duduki, agar kita semua bisa melihat betapa indahnya acara itu. Nadanya yang merdu seakan-akan awal dari keindahan yang sesungguhnya. Alunan nada yang begitu manis didengar, membuat hati terasa tentram, membuat pepohonan bergoyang-goyang seakan-akan ikut bernyanyi bersama alunan nada yang begitu menakjubkan. Hembusan angin yang menyejukkan seolah-olah menghantam kami agar kami segera masuk ke dalam untuk segera mendengar betapa indahnya alunan nada pada saat itu. Bagaikan ada yang berbisik kepadaku agar segera mengikuti acara festival tersebut.
Dari gerbang mataku mengarah pada sebuah gedung yang indah. Gedung yang sangat menarik dan unik, yang sangat indah dan mempesona.
Sesampainya di tempat parkiran, yang tidak jauh dari tempat acara tersebut. tiba-tiba datang seorang laki-laki paruh baya, yang tergesa-gesa menyuruh untuk masuk ke dalam.
“Tolong semuanya segera masuk ke dalam, acara ini sebentar lagi akan segera dimulai,” kata seorang laki-laki.
“Iya, kami semua akan segera masuk!”
Terdengar suara langkahan kaki yang menuju ke gedung itu, kami semua mulai menduduki tempat yang telah disediakan. Acara tersebut sangat meriah. Selain dari golongan mahasiswa STKIP, ada juga undangan dari golongan luar. Dan di sana banyak sekali kejutan yang tidak terduga, seperti musikalisasi puisi, berpantomim dan masih banyak lagi.
Suara nadanya yang sangat indah, seakan-akan kami terlarut ke dalamnya, membuat sejuta mata yang melihatnya ingin merasakan betapa indahnya alunan nada tersebut. Suara nadanya membuat kita semua bisa merasakan betapa indahnya acara itu. Acara tersebut dihadiri oleh orang-orang besar yang sangat luar biasa, yang bisa memberikan motivasi terhadap kami semua.
Kata-kata yang dilontarkan oleh orang hebat tersebut, sangat tenang, dan kata-kata tersebut bagaikan telah diasah dan dibesarkannya selama bertahun-tahun, dari pembicaraan tersebut terdapat keinginan-keinginan yang sangat muliah. Yang ditunjukkan kepada kita semua, agar kita semua tetap bersemangat dalam berkarya.
Acara festival tersebut bukan cuma berpuisi atau bermusikalisasi, tetapi terdapat permainan juga, mungkin jika cuma berceramah mereka juga bisa mumbuat para penonton bosan dan bimbang, permainannya seru, bisa bikin orang dag dig dug, dan juga bisa bikin orang penasaran.
“Yang nomer undiannya sama tolong maju ke depan?”
“Saya pak?” sambil mengakat jari tangan
“Wah, saya dapat buku lagi, hahahaha!”
Malam pun telah datang, kami semua mulai meninggalkan gedung itu, tapi acara tersebut belum selesai masih ada acara malamnya. Tapi saya dan teman-teman tidak pulang melainkan bermalam di tempat rumah salah satu teman kami yang bernama Nurul Hidayati. Kami ber 5 bermalam di rumah itu. Tapi kami tidak langsung pulang, melainkan kami masih beli sarapan untuk makan malam, setelah selesai membeli sarapan kami semua langsung pulang.
“Kasihan dia ya? Tidak punya tempat berteduh!”
“Iya, tapi mau gimana lagi!”
“Iya sudah mau gimana lagi!”
Sejenak kita beristirahat memanjakan badan yang sedikit lelah, setelah selesai dari acara itu. Kita semua mulai beristirahat ada juga yang bersiap-siap supaya nantinya tidak tergesah-gesah, ada juga yang masih makan dan ada juga yang masih main ponsel setelah selesai mengistirahatkan badan, kami semua berangkat menuju ke gedung Pratanu lagi.
“Ayo cepetan berangkat, nanti kita terlambat!”
“Nanti, beli air dulu!”
“Iya sudah ayo beli!”
“Katanya acaranya sudah dimulai?”
“Iya ayo berangkat!”
Malam pun mulai menyelimuti gedung itu, lampu-lampunya mulai bercahaya memberikan suasana yang cukup indah pada gedung itu. Mata-mata yang tadinya bercahaya, saat itu terlihat layu dan tak bersinar lagi. Cuma ada bisikan demi bisakan di antara mereka semua. Mata mereka mulai layu dan mulai tidak bersemangat lagi, mereka memandangi penonton yang ada di antara mereka, dan benar mereka juga sama, mata mereka juga mulai layu.
“Saya sudah lelah!”
“Sama, saya juga lelah!”
“Ayo pulang?”
“Nanti saja tunggu acara pantomim!”
Selanjutnya penampilan berpantomim yang dibawakan oleh seorang pemuda yang sangat hebat, indah, lucu dan sangat menarik, yang tadinya pelupuk mata sudah mulai layu, pada saat itu mulai berbinar lagi. Para pengunjung mulai berdiri, karena penasaran terhadap acara berpantomim ini, karena pemuda-pemuda yang membawakan acara ini tubuhnya sangat lentur, dan sangat berbakat dalam melakukan atraksi tersebut.
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok terdengar suara orang berjalan
“Minggir dong dikit saya tidak bisa melihatnya!” kata seorang pemuda.
Peluh yang bercucuran dari pemain pantomim tersebut. Yang terus bercucuran mengiringi langkah mereka sampai kepada akhir acara. Mereka sangat luar biasa. Tepuk tangan yang begitu antusias dari penonton yang terdengar cukup ramai. Mata lelah mulai terasa, saat acara pantomim itu berakhir, mata mulai layu melihat jam tangan ternyata sudah larut malam. Kami mulai meninggalkan gedung itu.
“Ayo pulang, ini sudah larut malam!”
“Ayo!”
“Iya sudah ayo pulang!”
Hari gelap kami pada saat itu sangat menyenangkan, karena kami bisa menghabiskan hari-hari gelap kami di acara Festival Puisi Bangkalan 2, malam-malam kami saat itu tidak lagi merasa dibebani oleh tugas, pikiran kami terasa fress kembali, karena kami saat itu sangat terlarut ke dalam Festival Puisi Bangkalan 2.
Di dalam acara tersebut kami semua bisa berkumpul, karna jarang-jarang kami bisa berkumpul bersama seperti ini. Kita semua bisa bercanda tawa ataupun bersenang-senang di acara tersebut.
Canda tawa yang menghiasi gedung itu sangat menyenangkan, bagaikan terlahir kembali di antara nada-nada yang indah, walaupun acara tersebut sudah selesai, tetapi masih ada di ingatan kenangan bersama Festival Puisi Bangkalan 2.
Festival Puisi Bangkalan 2 ini, sangat bermanfaat selain bisa motivasi kami semua, kami juga bisa melihat orang besar-besar yang ada pada acara tersebut, dan juga kami bisa menghabiskan malam kami berkumpul bersama teman-teman. Semoga tahun depan kami semua bisa menghadiri acara tersebut bersama-sama dan semoga acara tersebut selalu diadakan setiap tahun. Agar adik-adik kami bisa tahu betapa indahnya acara Festival Puisi Bangkalan tersebut, dan mereka bisa belajar berkarya yang baik.
Nur Hasanah
Sejauh manapun jarak, pendidikan tetap saja ada, seperti pendidikan festival ini, yang mengajarkan kami supaya tetap berkarya dan terus berkarya, apa pun resikonya. Di dalam berkarya tidak mengenal usia, dan kata pepatah carilah ilmu walaupun ke Negeri Cina, pendidikan tidak hanya tertumpu pada satu arah tetapi pendidikan bertumpu pada ke semua arah.
Sejak matahari terbit, pendidikan terus saja mengalir ibarat air yang terus saja mengalir sampai kepada titik yang ingin dituju. Seperti salah satu pendidikan festival yang ada di kampus STKIP PGRI Bangkalan, untuk memperingati hari pekan sastra. Yang berjudul Festival Puisi Bangkalan 2. Dari rumah saya besiap-siap untuk menghadiri acara itu, dengan semangatnya saya berangkat dari rumah untuk menuju ke acara tersebut yang akan diadakan di gedung Pratanu.
"Di mana gedung Pratanu itu?"
"Kamu tunggu saja di halte, saya masih di jalan!"
"Kamu masih di jalan mana?"
"Saya masih di alun-alun, kamu tunggu saja, bentar lagi saya sampai!"
"Oke saya tunggu!"
Akhirnya mereka semua datang dengan membawa senyuman yang ada diwajahnya, dan kami semua masuk ke dalam gedung Pratanu. Tapi mereka masih menelusuri gedung itu yang jaraknya begitu jauh dari gerbang masuk. Kalau yang berjalan kaki lumayan jauh, tapi kalau yang pakai sepeda motor tidak terlalu jauh.
Di gedung Pratanu dari kejauhan sudah terdengar suara alunan nada yang cukup merdu, alunan nadanya yang merdu seolah-olah mengiringi langkahku untuk menuju ke persinggahan yang telah disiapkan untuk kami semua duduki, agar kita semua bisa melihat betapa indahnya acara itu. Nadanya yang merdu seakan-akan awal dari keindahan yang sesungguhnya. Alunan nada yang begitu manis didengar, membuat hati terasa tentram, membuat pepohonan bergoyang-goyang seakan-akan ikut bernyanyi bersama alunan nada yang begitu menakjubkan. Hembusan angin yang menyejukkan seolah-olah menghantam kami agar kami segera masuk ke dalam untuk segera mendengar betapa indahnya alunan nada pada saat itu. Bagaikan ada yang berbisik kepadaku agar segera mengikuti acara festival tersebut.
Dari gerbang mataku mengarah pada sebuah gedung yang indah. Gedung yang sangat menarik dan unik, yang sangat indah dan mempesona.
Sesampainya di tempat parkiran, yang tidak jauh dari tempat acara tersebut. tiba-tiba datang seorang laki-laki paruh baya, yang tergesa-gesa menyuruh untuk masuk ke dalam.
“Tolong semuanya segera masuk ke dalam, acara ini sebentar lagi akan segera dimulai,” kata seorang laki-laki.
“Iya, kami semua akan segera masuk!”
Terdengar suara langkahan kaki yang menuju ke gedung itu, kami semua mulai menduduki tempat yang telah disediakan. Acara tersebut sangat meriah. Selain dari golongan mahasiswa STKIP, ada juga undangan dari golongan luar. Dan di sana banyak sekali kejutan yang tidak terduga, seperti musikalisasi puisi, berpantomim dan masih banyak lagi.
Suara nadanya yang sangat indah, seakan-akan kami terlarut ke dalamnya, membuat sejuta mata yang melihatnya ingin merasakan betapa indahnya alunan nada tersebut. Suara nadanya membuat kita semua bisa merasakan betapa indahnya acara itu. Acara tersebut dihadiri oleh orang-orang besar yang sangat luar biasa, yang bisa memberikan motivasi terhadap kami semua.
Kata-kata yang dilontarkan oleh orang hebat tersebut, sangat tenang, dan kata-kata tersebut bagaikan telah diasah dan dibesarkannya selama bertahun-tahun, dari pembicaraan tersebut terdapat keinginan-keinginan yang sangat muliah. Yang ditunjukkan kepada kita semua, agar kita semua tetap bersemangat dalam berkarya.
Acara festival tersebut bukan cuma berpuisi atau bermusikalisasi, tetapi terdapat permainan juga, mungkin jika cuma berceramah mereka juga bisa mumbuat para penonton bosan dan bimbang, permainannya seru, bisa bikin orang dag dig dug, dan juga bisa bikin orang penasaran.
“Yang nomer undiannya sama tolong maju ke depan?”
“Saya pak?” sambil mengakat jari tangan
“Wah, saya dapat buku lagi, hahahaha!”
Malam pun telah datang, kami semua mulai meninggalkan gedung itu, tapi acara tersebut belum selesai masih ada acara malamnya. Tapi saya dan teman-teman tidak pulang melainkan bermalam di tempat rumah salah satu teman kami yang bernama Nurul Hidayati. Kami ber 5 bermalam di rumah itu. Tapi kami tidak langsung pulang, melainkan kami masih beli sarapan untuk makan malam, setelah selesai membeli sarapan kami semua langsung pulang.
“Kasihan dia ya? Tidak punya tempat berteduh!”
“Iya, tapi mau gimana lagi!”
“Iya sudah mau gimana lagi!”
Sejenak kita beristirahat memanjakan badan yang sedikit lelah, setelah selesai dari acara itu. Kita semua mulai beristirahat ada juga yang bersiap-siap supaya nantinya tidak tergesah-gesah, ada juga yang masih makan dan ada juga yang masih main ponsel setelah selesai mengistirahatkan badan, kami semua berangkat menuju ke gedung Pratanu lagi.
“Ayo cepetan berangkat, nanti kita terlambat!”
“Nanti, beli air dulu!”
“Iya sudah ayo beli!”
“Katanya acaranya sudah dimulai?”
“Iya ayo berangkat!”
Malam pun mulai menyelimuti gedung itu, lampu-lampunya mulai bercahaya memberikan suasana yang cukup indah pada gedung itu. Mata-mata yang tadinya bercahaya, saat itu terlihat layu dan tak bersinar lagi. Cuma ada bisikan demi bisakan di antara mereka semua. Mata mereka mulai layu dan mulai tidak bersemangat lagi, mereka memandangi penonton yang ada di antara mereka, dan benar mereka juga sama, mata mereka juga mulai layu.
“Saya sudah lelah!”
“Sama, saya juga lelah!”
“Ayo pulang?”
“Nanti saja tunggu acara pantomim!”
Selanjutnya penampilan berpantomim yang dibawakan oleh seorang pemuda yang sangat hebat, indah, lucu dan sangat menarik, yang tadinya pelupuk mata sudah mulai layu, pada saat itu mulai berbinar lagi. Para pengunjung mulai berdiri, karena penasaran terhadap acara berpantomim ini, karena pemuda-pemuda yang membawakan acara ini tubuhnya sangat lentur, dan sangat berbakat dalam melakukan atraksi tersebut.
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok terdengar suara orang berjalan
“Minggir dong dikit saya tidak bisa melihatnya!” kata seorang pemuda.
Peluh yang bercucuran dari pemain pantomim tersebut. Yang terus bercucuran mengiringi langkah mereka sampai kepada akhir acara. Mereka sangat luar biasa. Tepuk tangan yang begitu antusias dari penonton yang terdengar cukup ramai. Mata lelah mulai terasa, saat acara pantomim itu berakhir, mata mulai layu melihat jam tangan ternyata sudah larut malam. Kami mulai meninggalkan gedung itu.
“Ayo pulang, ini sudah larut malam!”
“Ayo!”
“Iya sudah ayo pulang!”
Hari gelap kami pada saat itu sangat menyenangkan, karena kami bisa menghabiskan hari-hari gelap kami di acara Festival Puisi Bangkalan 2, malam-malam kami saat itu tidak lagi merasa dibebani oleh tugas, pikiran kami terasa fress kembali, karena kami saat itu sangat terlarut ke dalam Festival Puisi Bangkalan 2.
Di dalam acara tersebut kami semua bisa berkumpul, karna jarang-jarang kami bisa berkumpul bersama seperti ini. Kita semua bisa bercanda tawa ataupun bersenang-senang di acara tersebut.
Canda tawa yang menghiasi gedung itu sangat menyenangkan, bagaikan terlahir kembali di antara nada-nada yang indah, walaupun acara tersebut sudah selesai, tetapi masih ada di ingatan kenangan bersama Festival Puisi Bangkalan 2.
Festival Puisi Bangkalan 2 ini, sangat bermanfaat selain bisa motivasi kami semua, kami juga bisa melihat orang besar-besar yang ada pada acara tersebut, dan juga kami bisa menghabiskan malam kami berkumpul bersama teman-teman. Semoga tahun depan kami semua bisa menghadiri acara tersebut bersama-sama dan semoga acara tersebut selalu diadakan setiap tahun. Agar adik-adik kami bisa tahu betapa indahnya acara Festival Puisi Bangkalan tersebut, dan mereka bisa belajar berkarya yang baik.
Komentar
Posting Komentar